Capres Memerlukan Data Statistik
Mahasiswa itu bertanya kepada saya, “Mau
belajar apa kamu di sini?” Saya jawab, “Statistik!” Dengan sinisnya dia
berkomentar, menurut hasil jejak pendapat (polling opinion),
Kennedy akan kalah melawan Nixon (data statistik dalam bentuk
persentase). Ternyata Kennedy yang terpilih menjadi presiden. Lalu apa
kegunaan data statistik itu?
Dengan bekal pengetahuan statistik dari
Akademi Ilmu Statistik (AIS), akademi kedinasan yang dikelola oleh Badan
Pusat Statistik, penulis mencoba memberikan jawaban kepada mahasiswa
yang belajar ilmu politik tersebut.
Data statistik itu ada yang disebut cross section, yaitu data yang dikumpulkan pada suatu waktu tertentu (at a point of time) untuk menggambarkan keadaan pada waktu yang bersangkutan. Bersifat statis untuk melihat perbedaan (differences).
Sensus penduduk yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, sepuluh tahun
sekali, pada tahun tertentu memberikan gambaran tentang penduduk pada
tahun yang bersangkutan.
Kemudian ada data time series,
data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk mengetahui perkembangan
suatu kegiatan atau kejadian. Bersifat dinamis untuk mengetahui
perubahan. Kejadian di dunia ini selalu berubah, tidak ada yang pasti.
Justru yang pasti ialah terjadinya perubahan itu sendiri.
Teknologi berubah, pendapat orang
berubah, lingkungan berubah, selera pemilih berubah artinya dulu waktu
pemilihan umum memilih partai A. Perbedaan atau per-ubahan itu
menyebabkan variasi dan variasi ini yang menyebabkan peramalan menjadi
sulit. Menjadi tidak tepat dan menimbulkan risiko sehingga dikembangkan risk management dan management of change yang probabilistis sifatnya, menyangkut hal-hal yang tidak pasti (uncertain event).
Berdasarkan kuliah singkat tentang data
statistik tersebut lalu penulis mencoba menjawab pertanyaan mahasiswa
ilmu politik tersebut. “Yang saya ketahui, sewaktu kampanye pemilihan
umum di Amerika Serikat, Kennedy mengetahui bahwa menurut hasil jajak
pendapat, persentase penduduk yang akan memilih Nixon menunjukkan angka
yang lebih besar dari pada angka persentase untuk kennedy, maka Kennedy
membuat strategi jitu, yaitu menantang Nixon untuk berdebat di televisi
untuk adu program.
Kennedy politisi muda yang ganteng,
sebagai senator, anggota kongres terkenal, lincah, cerdas, dari keluarga
kaya dan terkenal, sedangkan Nixon lebih tua dan kalah ganteng. Pada
waktu penayangan di televisi, Kennedy kelihatan lebih menarik lebih
simpatik, lebih mempesona para calon pemilih. Setelah perdebatan pasti
terjadi pergeseran pemihakan, artinya yang semula akan memilih Nixon
kemudian beralih akan memilih Kennedy sebagai presiden Amerika Serikat.”
Lalu penulis katakan dengan pasti, kalau
setelah dilakukan pendekatan adu program di televisi, kemudian segera
dilakukan jajak pendapat, angka persentase penduduk yang semula memilih
Nixon sebagai presiden akan mengecil, dan angka persentase untuk Kennedy
akan lebih besar.
Ini berarti Kennedy, sebagai seorang
calon presiden, bisa menggunakan data statistik dengan baik. Keadaan
masa depan bisa berubah dan Kennedy mampu melakukan perubahan sesuai
dengan yang dia kehendaki, yaitu menaikkan angka persentase penduduk
yang akan memilh dia sebagai presiden dengan mempengaruhi para pemilih,
agar bisa bergeser yang semula memilih Nixon kemudian memilih Kennedy.
Ternyata data statistik memang berguna dan diperlukan oleh para politisi
pada umumnya dan calon presiden pada khususnya.
Sebagai Dasar
Dengan jawaban yang penulis berikan,
mahasiswa yang mempelajari ilmu politik di AS itu kemudian menyadari
bahwa statistik itu memang penting. Bukan hanya diperlukan oleh para
politisi sebagai caleg atau capres untuk mengetahui persentase para
pendukungnya yang memang bisa berubah dari waktu ke waktu, akan tetapi
juga diperlukan oleh para pejabat pemerintah, penegak hukum dan
pengusaha untuk dasar pengambilan keputusan.
Pengumpulan data tidak cukup hanya satu kali saja akan tetapi harus diulangi dari waktu ke waktu, agar diperoleh data time series yang dapat menunjukkan kecenderungan (trend), merupakan indikator yang penting. Masalahnya apakah indikator tersebut bisa dimanfaatkan sebagai masukan (input) yang berguna bagi para pengambil kebijaksanaan (policy maker)?
Data time series sebagai indikator dalam
bidang politik, misalnya jumlah penduduk yang sudah mencapai usia
sebagai pemilih dalam pemilihan umum, jumlah pemilih menurut partai
secara nasional dan daerah/ provinsi.
Dalam pemerintahan seperti jumlah
penduduk miskin, pendapatan nasional, ekspor nasional, investasi
nasional, pendapatan per kapita. Dalam perusahaan: jumlah laba, jumlah
penjualan, pangsa pasar, persentase pelanggan tidak puas, dan
sebagainya.
Statistik arti sempit, merupakan data
ringkasan berbentuk angka seperti: jumlah rata-rata, presentase dan
berbagai nilai koefisien, seperti koefisien regresi.
Sebagai data, berperan untuk menunjukkan
masalah, seperti jumlah orang miskin yang selalu meningkat, presentase
penduduk pendukung partai tertentu menurun, persentase golput meningkat,
jumlah perkara di Mahkamah Agung menumpuk, rata-rata lamanya waktu
penyelesaian proses perkara di (kepolisian, kejaksaan, pengadilan),
jumlah penjualan perusahaan yang selalu menurun, presentase pelanggan
suatu perusahaan yang tidak puas meningkat, jumlah ekspor nonmigas yang
menurun.
Statistik dalam arti luas merupakan ilmu
yang mempelajari cara pengumpulan, pengolahan, penyajian dan analisis
data, termasuk cara pengambilan kesimpulan dengan memperhitungkan unsur
ketidakpastian berdasarkan konsep probabilitas, sangat berguna sebagai
alat penelitian (a tool of research).
Satu Per Satu
Kalau seluruh pemilih sebagai populasi
ditanya satu persatu (dengan cara sensus), angka persentase yang
diperoleh merupakan data sebenarnya atau parameter. Misalnya partai atau
calon presiden A mendapat suara 60 persen, partai atau calon presiden B
mendapat angka 40 pesen dan seterusnya.
Akan tetapi mengingat terbatasnya biaya, waktu dan tenaga dipergunakan teknik sampling, yaitu
cara penelitian yang tidak menyeluruh, hanya meneliti sebagian elemen
populasi yang disebut sampel dan data yang dihasilkan bukan data
sebenarnya, tetapi data perkiraan (estimate) yang mengandung sampling error.
Sebagai syarat penelitian ilmiah (scientific research), agar kesimpulan yang ditarik bisa sahih (valid), sampel yang diteliti harus dipilih secara acak (random).
Kemudian dibuat perkiraan interval yaitu perkiraan berupa interval yang
dibatasi oleh nilai batas bawah (sebagai perkiraan rendah) dan batas
atas (sebagai perkiraan tinggi), dan dengan tingkat keyakinan tertentu (a certain con- fident level) misalnya 95 persen.
Nilai sebenarnya (parameter sebagai
karakteristik/populasi) terletak dalam interval tersebut, misalnya
pemilih yang memilki partai atau calon partai A antara 55 – 65 persen.
Jadi kenyataan sebenarnya bisa lebih kecil dari 55 persen atau lebih
dari 65 persen dengan kesalahan sebesar 5 persen.
Dengan perkiraan interval, politisi bisa
memasukkan unsur subjektivitas, artinya kalau politisi tersebut katakan,
calon presiden, merasa pesimis akan memilih angka dekat batas bawah dan
kalau optimis memilih angka dekat dengan batas atas, untuk dasar
penyusunan strategi.
Data statistik seperti jumlah, rata-rata,
presentase sebagai hasil jajak pendapat sangat berguna bagi para
politisi atau para pengambil kebijaksanaan (policy maker) kalau diperoleh dengan menggunakan teknik statistik yang tepat.
Penulis sangat menyadari bahwa penggunaan teknik statistik yang tidak tepat bisa menimbulkan sampling errror yang besar, data perkiraan menjadi kurang akurat dan kalau dipergunakan untuk membuat keputusan akan menyesatkan (misleading). Pembaca supaya memahami bahwa Statistic doesn’t lie, but liar. Jadi statistik itu tidak bohong akan tetapi yang bohong orangnya (pembohong: liar).
Apakah peristiwa politik yang telah
terjadi di Amerika Serikat bisa terjadi di Indonesia ? Artinya calon
presiden yang berdasarkan hasil jajak pendapat mendapatkan angka
presentase dari calon presiden lainnya bisa memenangkan pemilihan
presiden, sehingga akan menjadi presiden selama lima tahun mendatang?
Mari kita tunggu hasilnya dari pemilihan calon presiden putaran kedua
nanti!
Oleh J Supranto (Pengarang beberapa buku Statistik di Indonesia)
0 komentar:
Posting Komentar